Pergerakan ini di pelopori oleh ketua PKI ( Partai Komunis Indonesia ) D.N Aidit yang ingin bertujuan menggulingkan pemerintahan presiden soekarno yang di gantikan rezih yang lebih pro komunis dimana 6 Jendral TNI AD beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam sejarah kelam tersebut. Sejak kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, PKI merupakan salah satu kekuatan politik besar. Pada pemilu 1955, PKI bahkan menjadi partai terbesar keempat di Indonesia. Namun, keterlibatan mereka dalam G30S membuat PKI dibubarkan, dan komunisme menjadi ideologi yang dilarang di Indonesia.Baca Juga :
Kecelakaan Beruntun Terjadi Di Tol Cipularang KM 92
Baca Juga :
Dampak korupsi Pada Suatu Negara, Menginplementasi cegah kasus KKN
DAMPAK POLITIK YANG MENDALAM
politik di Indonesia. Setelah peristiwa ini, rezim Orde Lama di bawah Soekarno digantikan oleh Orde Baru yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto. Proses peralihan kekuasaan ini dikenal dengan sebutan Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) yang menandai berakhirnya era Soekarno dan awal dari 32 tahun kekuasaan Soeharto. Rezim Orde Baru menggunakan narasi anti-komunis sebagai salah satu alat utama untuk menjaga stabilitas politik. Soeharto menjadikan peristiwa G30S sebagai alasan untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya, menghabisi lawan politik, dan menerapkan kebijakan yang mendukung kepentingan ekonomi serta stabilitas politik dalam negeri.Baca Juga :
Pentingnya Pendidikan Anak Di Usia Dini
DAMPAK SOSIAL DAN BUDAYA
Setelah peristiwa G30S PKI, terjadi pembantaian massal terhadap anggota dan simpatisan PKI di berbagai daerah di Indonesia. Angka korban tewas diperkirakan mencapai ratusan ribu hingga jutaan jiwa. Peristiwa ini meninggalkan trauma mendalam dalam masyarakat Indonesia, terutama di kalangan keluarga korban. Selama masa Orde Baru, narasi resmi mengenai G30S PKI sangat dikontrol oleh pemerintah. Film Pengkhianatan G30S/PKI yang disutradarai oleh Arifin C. Noer, misalnya, diputar secara wajib di seluruh sekolah dan lembaga-lembaga pemerintah setiap tahunnya. Budaya anti-komunis dibentuk secara sistematis, dan ideologi ini menjadi sesuatu yang sangat tabu di masyarakat Indonesia hingga saat ini.Baca Juga :
Korban Mutilasi Mayat Tanpa Kepala. Penemuan Mayat di Muara Baru, Penjaringan Jakarta Utara
PEMBELAJARAN BAGI GENERSI MUDA
Bagi generasi muda Indonesia, peristiwa G30S PKI menawarkan pelajaran penting tentang pentingnya menjaga persatuan nasional dan menghindari perpecahan ideologis. Konflik ideologi antara nasionalis, agama, dan komunis yang memuncak pada peristiwa ini menunjukkan betapa rentannya negara ketika dihadapkan pada pertentangan politik yang tajam. Pentingnya sejarah G30S PKI juga terletak pada upaya membangun kesadaran kritis terhadap informasi sejarah. Seiring dengan semakin terbukanya akses informasi pada era digital, banyak narasi alternatif mengenai peristiwa ini yang muncul. Oleh karena itu, generasi muda diharapkan dapat mempelajari peristiwa ini secara objektif dan kritis, agar tidak terjebak dalam pemahaman sejarah yang manipulatif.Baca Juga :
Peristiwa Penghilangan mahasiswa pada masa ordebaru
DAMPAK G30S PKI TERHADAP HUBUNGAN INTERNASIONAL
Selain membawa dampak domestik, G30S PKI juga mempengaruhi posisi Indonesia dalam percaturan politik internasional. Sebelum peristiwa ini, Indonesia dikenal sebagai negara yang cukup dekat dengan blok komunis, termasuk Tiongkok dan Uni Soviet. Namun, setelah G30S PKI dan naiknya Soeharto, Indonesia beralih mendekat ke negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan sekutunya. Perubahan kebijakan luar negeri ini membawa dampak besar terhadap hubungan internasional Indonesia. Orde Baru lebih fokus pada pembangunan ekonomi yang didukung oleh bantuan luar negeri, terutama dari negara-negara kapitalis. Hal ini berbeda jauh dengan kebijakan sebelumnya di bawah Soekarno yang lebih condong pada politik Non-Blok dan aliansi dengan negara-negara sosialis.Baca Juga :
Peristiwa Penghilangan mahasiswa pada masa ordebaru
WARISAN G30S PKI DALAM POLITIK INDONESIA
Peristiwa G30S PKI meninggalkan jejak mendalam dalam politik Indonesia hingga saat ini. Narasi anti-komunis tetap menjadi bagian penting dari wacana politik nasional. Setiap kali muncul isu yang berhubungan dengan komunisme, seperti perdebatan mengenai pembukaan kembali diskusi tentang sejarah PKI, selalu menimbulkan kontroversi dan memicu perpecahan di kalangan masyarakat. Selain itu, trauma peristiwa ini juga mempengaruhi pola pikir dan tindakan politik generasi yang hidup di bawah Orde Baru. Kebijakan represi terhadap oposisi, kontrol ketat terhadap media, serta monopoli narasi sejarah adalah warisan dari peristiwa G30S PKI yang masih terasa dampaknya hingga sekarang.Baca Juga :
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Penguatan Kapabilitas Anak Dan Keluarga